Minggu, 19 Juni 2011

Manusia dan Penderitaan

Penderitaan berasal dari kata derita yang berasal dari bahasa sansakerta dhra artinya menahan atau menanggung. Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Penderitaan itu dapat dirasakan oleh lahir atau batin atau lahir batin. Penderitaan termasuk realitas dunia dan manusia. Intensitas penderitaan bertingkat-tingkat, ada yang berat ada juga yang ringan.

Penderitaan yang dirasakan oleh seseorang belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Suatu penderitaan dapat pula merupakan energi untuk bangkit bagi seseorang, atau sebagai langkah awal untuk mencapai kenikmatan dan kebahagiaaan. Contohnya Tsunami yang terjadi di Aceh beberapa tahun yang lalu merupakan penderitaan bagi warga Aceh yang kehilangan harta benda dan sanak saudara, tetapi bagi para pemulung hal tersebut merupakan suatu keuntungan karena mereka bisa mendapatkan uang dari barang-barang bekas yang berserakan.

Penderitaan akan dialami oleh semua orang, hal itu sudah merupakan “risiko” hidup. Tuhan memberikan kesenangan atau kebahagiaan kepada umatnya, tetapi juga memberikan penderitaan atau kesedihan yang kadang-kadang bermakna agar manusia sadar untuk tidak memalingkan dariNya. Penderitaan yang dialami oleh manusia: 1) Penderitaan yang timbul karena perbuatan manusia. Penderitaan semacam ini menimpa manusia karena perbuatan buruk manusia sendiri, baik dalam hubungannya dengan sesama manusia maupun hubungan manusia dengan alam sekitarnya. 2) Penderitaan yang timbul karena penyakit, siksaan/azab Tuhan. Untuk mengatasi penderitaan semacam ini diperlukan kesabaran, tawakal, dan optimisme. Contohnya adalah penderitaan yang menimpa Nabi Ayub. Beliau menderita  penyakit kulit selama bertahun-tahun tetapi dengan sabar ia menerima cobaan dari Tuhan tersebut.

 Orang yang mengalami penderitaan mungkin akan memperoleh pengaruh bermacam-macam dan sikap dalam dirinya. Sikap yang timbul dapat berupa sikap positif maupun sikap negatif. Sikap negatif misalnya penyesalan karena tidak bahagia, sikap kecewa, putus asa, ingin bunuh diri. Sikap ini diungkapkan dalam peribahasa “sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna”. Dari sikap negtaif ini dapat timbul sikap anti, misalnya anti kawin atau tidak mau kawin, tidak punya gairah hidup. Sikap positif yaitu sikap optimis mengatasi penderitaan hidup, bahwa hidup bukan rangkaian penderitaan, melainkan perjuangan membebaskan diri dari penderitaan, dan penderitaan itu adalah hanya bagian dari kehidupan.

0 komentar:

Posting Komentar